Wednesday, 7 January 2015

Hukum Islam

MAKALAH HUKUM ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Pengantar Studi Islam
Dosen Pengampu: Dr. Moch Nur Ichwan, MA


Disusun Kelompok 2:
1.      Ide Bagus Maulana                       (14220055)
2.      Nur Yunianto                                (14220063)
3.      Sandra Kusuma Astuti                 (14220074)
4.      Joko Sembodo                               (14220078)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014

BAB II
PEMBAHASAN

A.   SEJARAH MUNCULNYA PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM
Perkembangan hukum islam prosesnya dapat dibagi dalam empat periode yaitu, periode nabi, periode sahabat, periode ijtihad serta kemajuan, dan periode taklid serta kemunduran.
Di periode nabi, karena segala persoalan dikembalikkan kepada nabi untuk menyelesaikannya, nabilah yang menjadi satu-satunya sumber hukum. Jadi nabilah yang membuat hukum tetapi hukum yang dikeluarkan nabi tetap bersumber pada wahyu Allah. Nabi sebenarnya bertugas menyampaikan dan melaksanakan hukum yang ditentukan Allah. Sumber hukum yang ditinggalkan nabi untuk zaman-zaman sesudahnya ialah Al-Quran dan Sunnah nabi.
Diperiode sahabat, daerah yang dikuasai islam bertambah luas dan termasuk kedalamnya daerah-daerah diluar semenanjung Arabia yang telah mempunyai kebudayaan tinggi dan susunan masyarakat yang bukan sederhana, diberbandingkan dengan masyarakat Arabia ketika itu. Dengan demikian persoalan-persoalan kemayarakatan tinggi di periode ini didaerah-daerah baru itu lebih sulit penyelesaiannya dari persoalan-persoalan yang timbul dimasyarakat semenanjung Arabia sendiri. untuk mencari penyelesaian bagi soal-soal baru itu para sahabat kembali ke Al-Quran dan sunnah yang ditinggalkan nabi.
Periode ijtihad dan kemajuan, bersamaan masanya dengan periode kemajuan islam I, 700-1000 M. periode ini disebut juga periode pengumpulan hadist, ijtihad atau fatwa sahabat dan tabiin (generasi sesudah sahabat). Sesuai dengan bertambahnya agama islam, berbagai bangsa masuk islam dengan membawa adat dan istiadat, tradisi, dan system kemayarakatan. Problema hukum yang dihadapi beragam pula. Untuk mengatasinya ulama-ulama banyak mengadakan ijtihad. Ijtihad mereka didasarkan atas Al-Quran, Sunnah nabi dan Sunnah sahabat. Dengan demikian timbullah ahli-ahli hukum mujtahid yang disebut imam atau fathih (fukaha) dalam islam.
Periode taklid, di abad ke-11 M bersamaan dengan dimulainya masa kemunduran dalam sejarah kebudayaan islam, berhentilah perkembangan hukum islam. Pada waktu itu perkhatian bukan lagi dityujukan kepada Al-Quran, Sunnah dan sumber-sumber hukum lainnya, tetapi kepad buku-buku fiqih. Ulama-ulama mazhab memperjtahankan mazhab imamnya masing-masing dan menganggap mazhab imamnya lah yang terbenar. Dengan demikian perhatian dipusatkan pada usaha mempertahankan kebenaran mazhab-mazhab masing-masing.

B.   MAZHAB – MAZHAB DALAM HUKUM ISLAM
1.         Mazhab Hanafi
Abu Hanifah Al-Nu’man Ibn Sabit berasal dari kerturunan Persia dan lahir di Kufah pada tahun 700 M.  Beliau berdagang sambil mementingkan ilmu pengetahuan. Setelah gurunya Hammad meninggal dunia ia mengisi tempat yang ditinggalkan gurunya tersebut. Setelah ia menjadi masyhur, jabatan ditawarkan kepadanya pada zaman Dinasti Bani Umayyah dan kemudian juga di zaman Bani Abbas. Tetapi kedua tawaran tersebut ditolak dan atas penolakan tersebut, ia akhirnya dimasukkan ke dalam penjara dan meninggal dunia pada tahun 767 M.
Mazhab Hanafi adalah mazhab yang resmi dipakai oleh Kerajaan Usmani dan di zaman Bani Abbas banyak dianut di Irak. Sekarang penganut mazhab itu banyak terdapat di Turki Suria , Afganistan, Turkistan dan India. Beberapa negara masih memakai mazhab ini sebagai mazhab resmi seperti Suria, Lebanon, dan Mesir.
2.         Mazhab Malik
Malik Ibn Anas lahir di Madinah pada tahun 713 M dan berasal dari Yaman. Diberitakan bahwa ia tidak pernah meninggalkan kota ini kecuali untuk melaksanakan ibadah haji di Makkah. Ia meninggal dunia di tahun 795 M. Kakek dan nenek Malik adalah seorang perawi hadis. Tidak mengherankan kalau Malik termasuk golongan perawi hadis pula dan dalam pemikiran hukumnya banyak dipengaruhi oleh sunnah. Buku yang ditinggalkan Malik bernama Al-Muwatta, suatu buku yang sekaligus merupakan buku hadis dan buku fikih. Dalam pemikiran hukumnya Malik banyak berpegang pada sunnah Nabi dan sunnah sahabat.
Mazhab Malik banyak dianut di Hejaz, Maroko, Tunis, Tripoli, Mesir Selatan, Sudan Bahrain dan Kuwait, yaitu di dunia Islam sebelah Barat dan kurang di dunia Islam sebelah Timur.
3.      Mazhab Syafi’i
Muhammad Ibn Idris Al-Syafi’i lahir di Ghaza pada tahun 767 M dan berasal dari suku bangsa Quraisy. Al-Syafi’i dikenal meninggalkan dua bentuk mazhab, bentuk baru dan bentuk lama. Bentuk lama disusun di Baghdad dan terkandung dalam Al-Risalah, Al-Umm dan Al Mabsut. Bentuk baru disusun di Mesir dan disisni ia rubah sebagian dari pendapat-pendapat lama. Dalam pemikiran hukumnya Al-Syafi’i berpegang pada lima sumber, Al-Qur’an, sunnah Nabi, ijma’ atau konsensus, pendapat sebagian sahabat yang tidak diketahui adanya perselisihan mereka didalamnya, pendapat yang didalamnya terdapat perselisihan dan qias atau analogi.
Mazhab Syafi’i banyak dianut di daerah pedesaan Mesir, Palestina, Suria, Lebanon, Irak, Hejaz, India, Indonesia, Persia dan Yaman.
4.      Mazhab Hambali
Ahmad Ibn Hambal lahir di Bagdad pada tahun 780 M dan berasal dari keturunan Arab. Pada mulanya ia belajar hadis dan banyak melakukan perjalanan tetapi kemudian ia juga mempelajari hukum.  Dalam pemikiran hukumnya, Ahmad Ibn Hambal memakai lima sumber, Al-Quran, sunah, pendapat sahabat yang diketahui tidak mendapat tantangan dari sahabat lain, pendapat seorang atau beberapa sahabat, dengan syarat sesuai dengan Al-Quran serta sunnah, hadis, dan qias, tetapi hanya dalam keadaan terpaksa.
Penganut mazhab Hambali terdapat di Irak Mesir, Suria, Palestina dan Arabia. Di Saudi Arabia mazhab ini merupakan mazhab resmi dari negara. Di antara keempat mazhab yang ada, mazhab Hambalilah yang paling kecil penganutnya.  

C.   PENGERTIAN HUKUM ISLAM (FIQIH)
Fikih menurut fuqaha dalah ilmu tentang hukum-hukum syariah yang berkenaan dengan perbuatan dan amalan manusia dan didasarkan pada dalil-dalil yang terperinci. Disamping pengertian tersebut ada beberapa ulama yang member pengertian fikih dilihat darimana fikih ini berasal. Kalau dilihat dari asalnya, maka pengertian fikih ialah
1.         Menurut Ibnu Khaldun dalam bukunya Al-Muqaddamah Al-Mubtada’ wal Khabar, yang dimaksud fikih adalah ilmu yang berhubungan dengan perbuatan manusia baik yang wajib, haram, makruh atau yang mubah yang diperoleh dengan jalan ijtihad dari Al-Qur’an maupun dari sunnah nabi.
2.         Menurut al-Jalalul Mahali yang dimaksud fikih adalah ilmu yang menerangkan segala hukum syara’ yang berhubungan dengan amalan dan perbuatan manusia yang dengan jelas telah diatur dalam Al-Qur’an maupun sunnah nabi Muhammad SAW.
3.         Menurut Abdus Salam al-Qabani yang dimaksud fikih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum mengenai amalan dan perbuatan manusia baik yang sudah jelas diatur dalam Al-Qur’an maupun sunnah nabi Muhammad SAW, dan hukum yang diperoleh dengan jalan ijtihad.
Dari ketiga pendapat yang berbeda tersebut, T.M. Hasbi Ash Shiddieqy menegemukakan pendapat yang merupakan jalan tengah dari ketiga pendapat diatas, yaitu fikih apabila ditinjau dari asalnya dapat dibedakan menjadi dua macam, pertama, fikih yang sudah jelas dan tegas telah diatur dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi disebut fikih nabawy. Kedua, fikih yang diperoleh/ dihasilkan dengan jalan ijtihad disebut fikih ijtihadi.
Secara teologis, hukum islam adalah system nilai dan ajaran yang bersifat ilahiyah sekaligus bersifat transenden. Akan tetapi, jika dilihat dari perspektif sosiologis, ia merupakan fenomena peradaban, cultural, dan realita sosial dalam kehidupan manusia. Dalam realita sosialnya, hokum islam tidak saja sekadar sejumlah aturan yang bersifat menzaman dan mensejagat raya, tetapi juga mengejawantahkan diri dalam institusi-instusi sosial yang diprngaruhi oleh situasi dinamika ruang dan waktu.

D.   SUMBER HUKUM ISLAM
1.    Al-Qur’an
Al-Qur’an didefinisikan sebagai kalam Allah yang diturunkan olehnNya melalui perantara malaikat jibril kedalam hati rasulullah dengan lafadz yang berbahasa arab yang maknanya yang benar, untuk menjadi hujjah bagi rasul atas pengakuannya sebagai rasulullah, menjadi undang undang bagi manusia ataupun sumber hukum islam serta yang mengikuti petunjuknya dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah bagi mereka yang beribadah dengan membacanya.
Al Qur’an adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Dalam menetapkan segala keputusan, seorang muslim harus berpegang teguh kepada Al Qur’an dan tidak boleh bertentangan dengan Al Qur’an . firman Allah SWT.:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya) (An’Nisa 59).
2.      Sunnah
Secara etimologi adalah tharinq (jalan) atau man haj (metode) menurut ulama ahli hadis, sunnah merupakan perkataan, pebuatan, sifat akhlak dan anggota badan yang disandarkan kepada rasulullah SAW. Sunnah secara terminology juga digunakan dalam artian sebagai sesuatu amalan yang dikerjakan mendapatkan pahala dan jika tidak dilaksanakan tidak mendapat dosa.
3.    Ijtihad
Berasal dari kata ijtahada yang memiliki arti bersungguh-sungguh. Sedangkan al-Ghazali mendefinisaikan ijtihad sebagai usaha yang sungguh-sungguh dari seseorang dalam rangka mengetahui tentang hukum syariah.
BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Perkembangan hukum islam prosesnya dapat dibagi dalam empat periode yaitu, periode nabi, periode sahabat, periode ijtihad serta kemajuan, dan periode taklid serta kemunduran.
Mazhab – Mazhab Dalam Hukum Islam:
1.         Mazhab Hanafi
2.         Mazhab Malik
3.         Mazhab Syafi’i
4.         Mazhab Hambali
Fikih menurut fuqaha dalah ilmu tentang hukum-hukum syariah yang berkenaan dengan perbuatan dan amalan manusia dan didasarkan pada dalil-dalil yang terperinci.
Sumber Hukum Islam:
1.      Al- Qur’an
2.      Sunnah
3.      Ijtihad

B.   DAFTAR PUSTAKA
1.         Rahman, Fazlur. 1994. “ISLAM”. Bandung: Penerbit Pustaka
2.         Anshori, abddul ghofur. 2008. “Hukum islam”. Yogyakarta: Kreasi total media
3.         Nasution, harun. 1978. “Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
4.         Al Bahiy, Muhammad. 1971. “Pemikiran Islam”. Bandung: Risalah Bandung

No comments:

Post a Comment